Surat Al Anfaal terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surat-surat
Madaniyyah, karena seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surat ini
dinamakan Al Anfaal yang berarti harta rampasan perang berhubung kata
Al Anfaal terdapat pada permulaan surat ini dan juga persoalan yang
menonjol dalam surat ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan
hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu
Abbas r.a. surat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi
pada tahun kedua hijrah. Peperangan ini sangat penting artinya, karena dialah
yang menentukan jalan sejarah Perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam
dengan berkekuatan kecil untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrikin
yang berjumlah besar, dan berperlengkapan yang cukup, dan mereka dalam
peperangan ini memperoleh harta rampasan perang yang tidak sedikit. Oleh sebab
itu timbullah masalah bagaimana membagi harta-harta rampasan perang itu, maka
kemudian Allah menurunkan ayat pertama dari surat ini.
Pokok-pokok
isinya:
1. Keimanan:
Allah selalu menyertai orang-orang yang
beriman dan melindungi mereka; menentukan hukum-hukum agama itu hanyalah hak
Allah; jaminan Allah terhadap kemenangan umat yang beriman; 'inayat Allah
terhadap orang-orang yang bertawakkal; hanyalah Allah yang dapat mempersatukan
hati orang yang beriman; tindakan-tindakan dan hukum-hukum Allah didasarkan atas
kepentingan umat manusia; adanya malaikat yang menolong barisan kaum muslimin
dalam perang Badar; adanya gangguan-gangguan syaitan pada orang-orang mukmin dan
tipu daya mereka pada orang-orang musyrikin; syirik adalah dosa berat.
2. Hukum-hukum:
Aturan pembagian harta rampasan perang;
kebolehan memakan harta rampasan perang; larangan lari/mundur dalam peperangan;
hukum mengenai tawanan perang pada permulaan Islam; kewajiban taat kepada
pimpinan dalam perang; keharusan mengusahakan perdamaian; kewajiban
mempersiapkan diri dengan segala alat perlengkapan perang; ketahanan mental,
sabar dan tawakkal serta mengingat Allah dalam peperangan; tujuan perang dalam
Islam; larangan khianat kepada Allah dan Rasul serta amanat; larangan
mengkhianati perjanjian.
3. Kisah-kisah:
Keengganan beberapa
orang Islam ikut perang Badar, suasana kaum muslimin di waktu perang Badar,
sebelumnya, sesudahnya dan waktu perang berlangsung; keadaan Nabi Muhammad
s.a.w. sebelum hijrah serta permusuhan kaum musyrikin terhadap beliau; orang
yahudi membatalkan perjanjian damai dengan Nabi Muhammad s.a.w.; kisah keadaan
orang kafir musyrikin dan Ahli Kitab serta keburukan orang-orang munafik.
4. Dan lain lain:
Pengertian iman, tanda-tandanya dan
sifat-sifat orang yang beriman; sunnatullah pada seseorang dan masyarakat.
Surat Al Anfaal menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada
umumnya, khususnya menerangkan Perang Badar, yaitu peperangan yang menentukan
jalan sejarah Islam dan muslimin, bahkan tidak akan salah kiranya kalau
dikatakan bahwa Perang Badar itu menetukan jalan sejarah umat manusia pada
umumnya. Sebahagian besar surat ini mengandung hal-hal yang berhubungan dengan
perdamaian dan peperangan; tingkah laku orang-orang kafir, orang-orang munafik
dan sebahagian orang-orang Islam yang tidak kuat imannya dalam peperangan.
Kemudian ditegaskan bahwa Allah menolong orang-orang yang beriman dan
menghancurkan orang-orang kafir dan munafik itu, adalah merupakan sunnah-Nya
yang tidak dapat dimungkiri berlakunya, sebagaimana pernah terjadi pada Fir'aun
dan kaumnya serta umat-umat yang sebelumnya.
HUBUNGAN SURAT AL ANFAAL
DENGAN SURAT AT TAUBAH
Sebagaimana halnya hubungan surat-surat yang
lain dengan surat-surat yang sesudahnya, maka hal yang dikemukakan oleh surat Al
Anfaal, seperti hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama dan furu'nya,
sunnah Allah, syari'at hukum-hukum perjanjian dan janji setia, hukum perang dan
damai dan sebagainya disebutkan dalam surat At Taubah, umpamanya:
1.
Perjanjian yang dikemukakan surat Al Anfaal dijelaskan oleh surat At Taubah,
terutama hal-hal yang berhubungan dengan pengkhianatan musuh terhadap
janji-janji mereka.
2. Sama-sama menerangkan tentang memerangi
orang-orang musyrikin dan Ahli Kitab.
3. Surat Al Anfaal mengemukakan
bahwa yang mengurus dan memakmurkan Masjidilharam itu ialah orang-orang yang
bertakwa, sedang surat At Taubah menerangkan bahwa orang-orang musyrik tidak
pantas mengurus dan memakmurkan mesjid, bahkan mereka akan menghalang-halangi
orang-orang Islam terhadapnya.
4. Surat Al Anfaal menyebut sifat-sifat
orang-orang yang sempurna imannya, dan sifat-sifat orang-orang kafir, lalu pada
akhir surat diterangkan pula tentang hukum perlindungan atas orang-orang muslim
yang berhijrah, orang-orang muslim yang tidak berhijrah serta orang-orang kafir.
Hal yang serupa dikemukakan pula pada surat At Taubah.
5. Surat Al
Anfaal menganjurkan agar bernafkah di jalan Allah, sedang surat At Taubah
menegaskan sekali lagi. Begitu pula dalam surat Al Anfaal diterangkan tentang
penggunaan harta rampasan perang, sedang surat At Taubah menerangkan penggunaan
zakat.
6. Surat Al Anfaal mengemukakan tentang orang-orang munafik dan
orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya, kemudian surat At Taubah
menerangkannya lebih luas.
Kalau kita perhatikan, ternyata bahwa antara
surat Al Anfaal dan surat At Taubah terdapat hubungan yang erat sekali.
Seakan-akan keduanya merupakan satu surat, bahkan sebahagian ahli tafsir
mengatakan bahwa: Kalau tidaklah karena ketentuan Allah, maka mereka akan
memandang surat Al Anfaal dan surat At Taubah sebagai satu surat.
Selasa, 08 Mei 2012
Kandungan surat Al-Anfaal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar